Sabtu, 12 September 2009

Mengajak Anak Kemasjid


Peristiwa Pertama
Di sebuah Mushola. Diantara barisan jamaah tarawih ada seorang bapak yang disebelahnya berdiri anaknya. Usia anaknya tidak lebih dari 6 tahun. Si anak menoleh ke segala arah. Tak lama kemudian dia mulai berbicara sendiri. Pada rakaat yang lain si anak melompat-lompat dan berteriak-teriak. Keheningan mushola mulai terusik. Berikutnya, si anak mulai berjalan-jalan kian kemari melewati barisan shaf. Di awal rakaat keempat, si ayah keluar dari shaf dan mengajak anaknya. Di halaman mushola, si ayah mencubit anaknya dan si anakpun menangis. Mereka pulang diiringin tangisan si anak, “ampun ayah.. ampun ayah..”

Peristiwa Kedua
Di sebuah Masjid. Seorang gadis kecil usianya baru 3,5 tahun ikut sholat di sebelah Kakeknya. Pada rakaat pertama si gadis kecil begitu tenang. Di rakaat kedua dia mulai berjalan-jalan melewati para jamaah. Ketika jamaah sedang sujud, dia menaiki tubuh salah satu jamaah. Ketika jamaah sedang duduk antara dua sujud, dia melepas peci salah satu jamaah dan dipindahkan ke kepala jamaah lainnya. Di rakaat yang lain dia berlarian dan menarik-narik sarung jamaah. Selesai sholat, si kakek memanggil si anak dan diberi tau bahwa apa yang telah dilakukannya tidak benar.

Mungkin, dua peristiwa di atas sering terjadi di banyak tempat. Bagaimana kita mensikapi tingkah anak-anak seperti itu? Haruskah kita membawa anak kecil yang belum baligh ke masjid? Apa yang akan kita lakukan bila anak kita yang bertingkah seperti itu? Pada kesempatan ini kita tidak hendak membahas dari sisi fikih.

Mari kita mencari tahu kenapa pada dua peristiwa di atas anak bertingkah seperti itu. Hemat saya, ada beberapa sebab, pertama, si anak jarang atau belum pernah diajak ke masjid. Atau bisa jadi karena si anak belum pernah melihat orang sholat berjamaah. Atau si anak belum pernah tahu tentang sholat berjamaah. Atau sebelumnya si anak belum pernah diberi tahu bagaimana seharusnya sikapnya ketika berada di Masjid/sholat berjamaah. Sehingga yang terjadi si anak bereksplorasi.

Diantara cara mengasuh dan mendidik anak adalah dengan memberikan contoh. Bagi saya, mengajak anak ke Mushola atau ke Masjid itu perlu. Karena anak akan melihat, merasakan, mendapatkan pengalaman apa dan bagaimana sholat berjamaah. Hanya saja kita perlu melakukan beberapa persiapan sebelum mengajak anak ke Masjid/Mushola.

Memberi Contoh
Anak adalah peniru ulung. Anak akan melakukan apa yang sering dilihat dan diajarkan padanya. Untuk membentuk anak yang cinta Masjid dan sholat berjamaah, kita perlu mengajarinya. Kita juga harus memberi contoh dan menjadi contoh bagi anak kita tentang cinta Masjid dan sholat berjamaah. Dengan seringnya anak melihat kita sholat berjamaah di Masjid/Mushola, lambat laun anak juga akan meniru. Pada awalnya dia akan minta ikut ke Masjid/Mushola. Sebagian orang tua tidak meluluskan permintaan si anak, karena khawatir si anak akan bertingkah seperti peristiwa di atas. Ada hal yang perlu dilakukan orang tua ketika mengikut sertakan anak yang masih kecil ke Masjid/Mushola. Apa itu, Kondisikan dan latihan.

Anak perlu dikondisikan dulu sebelum diikutkan sholat berjamaah ke Masjid. Bentuk pengkondisiannya bisa dengan memberitahu apa dan bagaimana sholat berjamaah itu. Gunakan media bercerita, membacakan buku tentang Masjid dan sholat berjamaah, memperlihatkan gambar Masjid dan orang yang sedang sholat berjamaah. Mengunjungi Masjid dll.
Latihlah anak melakukan sholat berjamaah di rumah atau sekolah. Bentuk latihan bisa berupa simulasi sholat berjamaah atau suatu waktu melakukan sholat berjamaah di rumah. Ketika akan latihan mungkin bisa menggunakan percakapan ini:”Sayang, sebelum kita sholat berjamaah di Masjid, kita latihan dulu ya.”

Dengan pengkondisian dan latihan itu paling tidak anak bisa memahami apa dan bagaimana sholat berjamaah di Masjid. Perlu juga anak diberitahu hal-hal yang tidak boleh dilakukannya ketika sedang sholat berjamaah di masjid. Tidak ada salahnya bila orang tua memastikan bila si anak sudah cukup paham dengan pengkondisian dan latihan yang telah diberikan. Misal begini: “Sayang, bolehkah kita berjalan-jalan ketika sedang sholat?”

Bagus juga bila berangkat ke Masjid anak dipakaikan pakaian yang kondusif, misal baju koko untuk anak laki-laki dan mukena untuk anak perempuan, sehingga secara psikis anak lebih siap dengan suasana Masjid.

Alangkah tidak adilnya kita bila kita memarahi atau menghukum anak karena bertingkah yang kurang pantas di Masjid, sementara dia belum diberi pemahaman atau malah jarang atau tidak pernah di ajak ke masjid.
Lantas, bagaimana dengan anak-anak yang lebih besar, bahkan sudah SMP masih ada yang suka bermain-main ketika sholat?
Sudahkah para Ayah menjadi contoh teladan bagi anak-anaknya?



Jogja Lovely City
20 Ramadhan 1430 H